NangaMahap adalah sebuah desa yang terletak dihulu sungai Sekadau
tepatnya dimuara sungai Ma,ap atau sungai Mahap, yaitu sebuah sungai
yang namanya juga dipakai sebagai nama desa
Nanga Mahap dan Kecamatan Nanga Mahap.Adapun kata “Nanga” sendiri dalam bahasa melayu sekadau berarti MUARA atau KUALA.Karna letaknya seperti kebanyakan kampung suku melayu pada umumnya yg selalu tidak jauh dari
muara atau kuala( Nanga )yang notabene dekat dgn perairan,(sungai atau laut)suku
melayu sering juga disebut suku pesisir atau suku air dan dalam bahasa melayu sekadau sering
disebut Juga SENGANAN atau suku AIR Dan dalam bahasa dayak Mahap yaitu suku dayak asli
sungai Ma,ap atau dayak Mahap.Orang dari Suku melayu
juga disebut "NYAGE" (NJAGA) yang berarti
sebagai ORANG yang MENJAGA, makna “MENJAGA” disini ialah;karna
hampir semua kampung suku melayu berada diMuara atau Kuala sungai yang
merupakan gerbang/pintu masuk keperkampungan-perkampungan suku adat dayak yang
berada jauh dipedalam (daratan).Sedangkan kata “MAHAP” pada Kata
“NANGA MAHAP“ memiliki makna atau arti yaitu MA”AF yang juga diambil
dari nama sungai “MAHAP” atau sungai ”MA,AP” yang bermuara
pada sungai sekadau dan merupakan letak desa “Nanga Mahap”.
Ada beberapa persi cerita
atau legenda yang menceritakan asal
muasal sungai“MA,AP”atau sungai“MAHAP” Yang juga merupakan asal mausal kata
dari nama Desa “NANGA MAHAP”.- pada
masa jaman penjajahan Nippon(JEPANG) ada seorang penduduk,yang
dituduh sebagai bekas antek pemerintah VOC.(penjajah
Belanda) yang ditangkap serta disiksa (tampar)
oleh tentara Jepang.lalu di bawa menuju,Riam
Semanok,yang pada awal masa penjajahan
Belanda sudah menjadi tempat peristirahatan oleh para tentara
penjajah masa itu menuju
kampung-kampung dihulu sungai Ma,ap/sungai
Mahap dan sungai sekadau.(RIAM
SEMANOK merupakan lokasi/tempat pelabuhan dan perkemahan tentara VOC atau NIPPON
pada masa itu.)yang sekarang berada dalam wilayah dusun Engkayak desa NANGA
MAHAP.
Di sepanjang
perjalanan Si Penduduk tsb terus
disiksa(ditampar) walaupun sudah meminta ma,af berkali-kali namun,tidak di
hiraukan para tentara penjajah
(Jepang) yang memang terkenal sangat kejam dan tanpa ampun.penduduk tsb pun berulang ulang kali
meminta ma,af dan terus meminta ma,af nanum tetap saja tentera Jepang tak
berhenti menyiksanya.(seperti rakyat indonesia umumnya,pada masa itu
penduduk tsb tidak bisa berbahasa indonesia),hingga setiap kali di tampar
dia hanya bisa berkata MA,AP TUAN , terus seperti itu berulang
kali setiap di tampar oleh tentara Nippon.namun setelah tiba di Nanga Mahap (Riam
Semanok) yang menjadi tempat
persinggahan dan peristirahatan
para tentara penjajah Jepang.si penduduk tsb pun di
bebaskan begitu saja oleh tentara Jepang dan dijinkan pulang ke pondok(
Langkau) di ladangnya. (beberapa sumber menceritakan penduduk tsb adalah
seorang petani yang berasal dari daerah sekadau hilir,yang kemudian menikahi
perempuan dari daerah LAMAN PUPUK” yaitu daerah perkampungan suku dayak yang
berada di hulu sungai KERIO
Kab.KETAPANG.
Al-Kisah...LAMAN PUPUK”
adalah sebuah perkampungan suku dayak yang berada di daerah
sungai kerio kabupaten Ketapang yang para penduduknya memiliki umur panjang dan
sehat yang menyebabkan angka kematian penduduknya sanggat rendah, bahkan di
kisahkan dalam masa 30-40 tahun pun belum tentu ada penduduk desa itu yang meninggal atau mati. hingga pada suatu
masa datang lah seorang penduduk desanya yang kebetulan baru pulang dari salah
satu kampung di daerah sungai mahap, dia lalu menceritakan bahwa di daerah
sungai mahap sanggat ramai dan meriah. yang kebetulan saat itu di salah satu
desa di sungai mahap sedang ada BUKONG’ (yaitu
acara pemakaman tradisional masyarakat adat dayak sungai mahap ) menurut adat
dan tradisi masyarakat adat dayak di sungai mahap apa bila para tetua adat (TEMANGGUNG) atau pemangku adat
atau orang penting baik itu ketua adat maupun para petinggi kampung seperti
dukun adat dan bangsawan,bila meninggal akan dilakukan pemakaman dengan cara
diBUKONG.dan pada saat di langsungkan acara tsb semua penduduk kampung tsb
menghentikan kegiatan keseharian mereka seperti keladang, berburu, dan
sebagainya untuk mengikuti acara pemakaman serta untuk memberi penghormatan
terakhir atas jasa jasa orng tsb selama masih hidup.) dan dia pun membandingkan dgn kampungnya yang sepi karna tidak pernah ada
kegiatan atau acara keramaian,dan kalaupun ada tidak
semeriah dan serame di sungai mahap,seperti yang di saksikan kemarin sewaktu
dia berada di suatu kampung di daerah sungai mahap,Akhirnya para tetua kampung
dan masyarakat pun penasaran dan terkesima mendengarkan ceritanya. Keesokan harinya para tetua adat dan petinggi
kampung berserta masyarakat bermusyawarah dan mencapai kesepakatan, mereka pun
berinisiatif mengadakan keramaian seperti di kampung-kampung di daerah sungai
mahap(Megadakan Acara BUKONG),namun terkendala karna tidak ada orang yang mati
atau meninggal,karna memang sudah sejak lama penduduk kampung tsb tidak pernah
ada yang meninggal atau mati.mereka pun bermaksud hendak membeli mayit atau
jasad orang yang sudah meninggal dari kampung-kampung
didaerah sungai mahap,dan segera diutuslah
seorang tetua adat beserta beberapa orang penduduk kampung untuk pergi ke
daerah disungai mahap untuk meminta(membeli) mayit (jasad orang yang sudah
meninggal).dan setelah tiba kembali di kampung dengan membawa mayit tdi,mereka
pun dengan segera mengadakan acara beBukongan yang sangat meriah,guna
memakamkan mayit yang sudah mereka beli dari daerah disungai mahap tadi.Maka diselengarakanlah
acara yang sangat meriah dan berlangsung berhari-hari,serta di ikuti seluruh masyarakat penduduk kampung tersbut mulai dari yang
tua maupun sampai yang muda semua ikut larut dalam suasana kemeriahan tsb.yang
memang sudah sejak lama mereka tidak pernah menyelenggarakan serta merasakan
keramaian dikampung mereka sendiri. Dan sejak saat itu tidak pernah ada lagi
kabar atau pun orang dari penduduk
kampung tsb.yang datang ke daerah disungai mahap. Sampai pada suatu
ketika terdengar kabar atau berita bahwa seluruh isi kampung termasuk penduduk
dan binatang ternak.lenyap atau hilang tanpa bekas dan jejak bahkan sampai
sekarang tak ada yang tau penyebab pastinya.)(ada sumber yang mengatakan mereka terserang wabah penyakit atau terkena
kutukan karna melanggar adat dan tradisi leluhur mereka sendiri. Namun ada
juga yang menceritakan para penduduknya
di bantai kelompok PENGAYAU dari suku lain yang jga merampas harta benda dan
ternak serta membumi hanguskan perkampungan mereka,Namun beberapa tanaman dan sisa perabot dari tanah seperti tempayan beberapa rumpun pohon pinang, mengambarkan
bahwa pernah ada sebuah perkampung msh
bisa di lihat disana)- pada
suatu ketika di mana masyarakat dayak masih dalam jaman atau masa “PENGGAYAUAN” yaitu masa jaman dimana setiap
kumunitas adat masyarakat
dayak saling menyerang satu
komunitas adat atau suku dengan
yang lain dalam mempertahankan wilayah
serta martabat adat
mereka, hiduplah dua orang tokoh
adat dari dua kampung atau wilayah
yang berbeda atau
yang sering disebut PANGLIMA
adat yang juga di anggap
pemimpin atau kepala
puak atau kepala suku dalam
komunitas adat suku dayak. Yang memiliki
kesaktian terlibat dalam pertikaian atau
pertarungan dalam menguji sekaligus menentukan siapa yang lebih kuat atau sakti dan layak atau patut menyandang
gelar sebagai PANGLIMA sekaligus Pemimpin adat.
pertarungan sengit pun terjadi bahkan berhari-hari, siang dan malam
tanpa berhenti,segala kesaktian dan kemampuan
pun di kerahkan serta berbagai macam senjata pusaka nan sakti mandraguna
pun di pergunakan,untuk bisa saling menggalahkan dan saling menjatuhkan satu
sama lain untuk menjadi pemenang dalam pertarungan tsb. setelah berhari hari
bertarung belum juga ada yang menang dan kalah, bahkan konon ceritanya dalam
pertarungan atau duel tsb tidak ada satu pun yang terluka bahkan cedera
diantara keduanya. Dan pertarungan pun terus berlansung semakin sengit Hingga
pada suatu hari keduanya pun sampai di muara atau Nanga sungai Ma,ap atau
sungai Mahap mereka akhirnya memutuskan untuk menghentikan pertarungan. dan
mereka pun menyadari bahwa mereka masih
dalam satu wilayah yang sama dan juga memang masih dalam satu garis
keturunan adat atau rumpun adat yang
sama yaitu keturunan atau rumpun adat suku dayak sungai Mahap (nantinya
anak cucu dari keTURUNan suku dayak sungai Mahap yang memeluk agama ISLAM
bersama beberapa orang suku melayu dari dareah
SEKADAU yang datang ke daerah
NANGA MAHAP untuk berLADANG dan akhirnya menetap disana dan menjadi penduduk asli yang menempati daerah muara sungai Ma,ap atau sungai Mahap
yang kini dikenal sebagai Desa NANGA MAHAP ). Dan pada akhirnya kedua PANGLIMA
tsb pun saling minta ma,af satu
sama lain dan mereka pun sepakat utk sama sama saling menjaga wilayah sungai
Ma,ap atau sungai Mahap dari penyerangan dan penyerbuan kelompok
PENGGAYAU-PENGGAYAU dari komunitas
adat dan kelompok suku dari daerah
lain, yang pada masa itu cukup sering melakukan PENGGAYAUAN / MENGGAYAU sampai ke daerah hulu sungai Ma,ap
atau sungai Mahap bahkan sampai hulu sungai Sekadau.
(Demikianlah
beberapa cerita atau legenda yang menceritakan asal muasal kata sungai Mahap
dan asal nama Desa Nanga Mahap.)
Lopas dari bonar mada gesah gesah di atas,
jadilah urang pema,ap. (orang mahap)
- pada masa jaman penjajahan Nippon(JEPANG) ada seorang penduduk,yang dituduh sebagai bekas antek pemerintah VOC.(penjajah Belanda) yang ditangkap serta disiksa (tampar) oleh tentara Jepang.lalu di bawa menuju,Riam Semanok,yang pada awal masa penjajahan Belanda sudah menjadi tempat peristirahatan oleh para tentara penjajah masa itu menuju kampung-kampung dihulu sungai Ma,ap/sungai Mahap dan sungai sekadau.(RIAM SEMANOK merupakan lokasi/tempat pelabuhan dan perkemahan tentara VOC atau NIPPON pada masa itu.)yang sekarang berada dalam wilayah dusun Engkayak desa NANGA MAHAP.
Al-Kisah...LAMAN PUPUK”
adalah sebuah perkampungan suku dayak yang berada di daerah sungai kerio kabupaten Ketapang yang para penduduknya memiliki umur panjang dan sehat yang menyebabkan angka kematian penduduknya sanggat rendah, bahkan di kisahkan dalam masa 30-40 tahun pun belum tentu ada penduduk desa itu yang meninggal atau mati. hingga pada suatu masa datang lah seorang penduduk desanya yang kebetulan baru pulang dari salah satu kampung di daerah sungai mahap, dia lalu menceritakan bahwa di daerah sungai mahap sanggat ramai dan meriah. yang kebetulan saat itu di salah satu desa di sungai mahap sedang ada BUKONG’ (yaitu acara pemakaman tradisional masyarakat adat dayak sungai mahap ) menurut adat dan tradisi masyarakat adat dayak di sungai mahap apa bila para tetua adat (TEMANGGUNG) atau pemangku adat atau orang penting baik itu ketua adat maupun para petinggi kampung seperti dukun adat dan bangsawan,bila meninggal akan dilakukan pemakaman dengan cara diBUKONG.dan pada saat di langsungkan acara tsb semua penduduk kampung tsb menghentikan kegiatan keseharian mereka seperti keladang, berburu, dan sebagainya untuk mengikuti acara pemakaman serta untuk memberi penghormatan terakhir atas jasa jasa orng tsb selama masih hidup.) dan dia pun membandingkan dgn kampungnya yang sepi karna tidak pernah ada kegiatan atau acara keramaian,dan kalaupun ada tidak semeriah dan serame di sungai mahap,seperti yang di saksikan kemarin sewaktu dia berada di suatu kampung di daerah sungai mahap,Akhirnya para tetua kampung dan masyarakat pun penasaran dan terkesima mendengarkan ceritanya. Keesokan harinya para tetua adat dan petinggi kampung berserta masyarakat bermusyawarah dan mencapai kesepakatan, mereka pun berinisiatif mengadakan keramaian seperti di kampung-kampung di daerah sungai mahap(Megadakan Acara BUKONG),namun terkendala karna tidak ada orang yang mati atau meninggal,karna memang sudah sejak lama penduduk kampung tsb tidak pernah ada yang meninggal atau mati.mereka pun bermaksud hendak membeli mayit atau jasad orang yang sudah meninggal dari kampung-kampung didaerah sungai mahap,dan segera diutuslah seorang tetua adat beserta beberapa orang penduduk kampung untuk pergi ke daerah disungai mahap untuk meminta(membeli) mayit (jasad orang yang sudah meninggal).dan setelah tiba kembali di kampung dengan membawa mayit tdi,mereka pun dengan segera mengadakan acara beBukongan yang sangat meriah,guna memakamkan mayit yang sudah mereka beli dari daerah disungai mahap tadi.Maka diselengarakanlah acara yang sangat meriah dan berlangsung berhari-hari,serta di ikuti seluruh masyarakat penduduk kampung tersbut mulai dari yang tua maupun sampai yang muda semua ikut larut dalam suasana kemeriahan tsb.yang memang sudah sejak lama mereka tidak pernah menyelenggarakan serta merasakan keramaian dikampung mereka sendiri. Dan sejak saat itu tidak pernah ada lagi kabar atau pun orang dari penduduk kampung tsb.yang datang ke daerah disungai mahap. Sampai pada suatu ketika terdengar kabar atau berita bahwa seluruh isi kampung termasuk penduduk dan binatang ternak.lenyap atau hilang tanpa bekas dan jejak bahkan sampai sekarang tak ada yang tau penyebab pastinya.)(ada sumber yang mengatakan mereka terserang wabah penyakit atau terkena kutukan karna melanggar adat dan tradisi leluhur mereka sendiri. Namun ada juga yang menceritakan para penduduknya di bantai kelompok PENGAYAU dari suku lain yang jga merampas harta benda dan ternak serta membumi hanguskan perkampungan mereka,Namun beberapa tanaman dan sisa perabot dari tanah seperti tempayan beberapa rumpun pohon pinang, mengambarkan bahwa pernah ada sebuah perkampung msh bisa di lihat disana)
adalah sebuah perkampungan suku dayak yang berada di daerah sungai kerio kabupaten Ketapang yang para penduduknya memiliki umur panjang dan sehat yang menyebabkan angka kematian penduduknya sanggat rendah, bahkan di kisahkan dalam masa 30-40 tahun pun belum tentu ada penduduk desa itu yang meninggal atau mati. hingga pada suatu masa datang lah seorang penduduk desanya yang kebetulan baru pulang dari salah satu kampung di daerah sungai mahap, dia lalu menceritakan bahwa di daerah sungai mahap sanggat ramai dan meriah. yang kebetulan saat itu di salah satu desa di sungai mahap sedang ada BUKONG’ (yaitu acara pemakaman tradisional masyarakat adat dayak sungai mahap ) menurut adat dan tradisi masyarakat adat dayak di sungai mahap apa bila para tetua adat (TEMANGGUNG) atau pemangku adat atau orang penting baik itu ketua adat maupun para petinggi kampung seperti dukun adat dan bangsawan,bila meninggal akan dilakukan pemakaman dengan cara diBUKONG.dan pada saat di langsungkan acara tsb semua penduduk kampung tsb menghentikan kegiatan keseharian mereka seperti keladang, berburu, dan sebagainya untuk mengikuti acara pemakaman serta untuk memberi penghormatan terakhir atas jasa jasa orng tsb selama masih hidup.) dan dia pun membandingkan dgn kampungnya yang sepi karna tidak pernah ada kegiatan atau acara keramaian,dan kalaupun ada tidak semeriah dan serame di sungai mahap,seperti yang di saksikan kemarin sewaktu dia berada di suatu kampung di daerah sungai mahap,Akhirnya para tetua kampung dan masyarakat pun penasaran dan terkesima mendengarkan ceritanya. Keesokan harinya para tetua adat dan petinggi kampung berserta masyarakat bermusyawarah dan mencapai kesepakatan, mereka pun berinisiatif mengadakan keramaian seperti di kampung-kampung di daerah sungai mahap(Megadakan Acara BUKONG),namun terkendala karna tidak ada orang yang mati atau meninggal,karna memang sudah sejak lama penduduk kampung tsb tidak pernah ada yang meninggal atau mati.mereka pun bermaksud hendak membeli mayit atau jasad orang yang sudah meninggal dari kampung-kampung didaerah sungai mahap,dan segera diutuslah seorang tetua adat beserta beberapa orang penduduk kampung untuk pergi ke daerah disungai mahap untuk meminta(membeli) mayit (jasad orang yang sudah meninggal).dan setelah tiba kembali di kampung dengan membawa mayit tdi,mereka pun dengan segera mengadakan acara beBukongan yang sangat meriah,guna memakamkan mayit yang sudah mereka beli dari daerah disungai mahap tadi.Maka diselengarakanlah acara yang sangat meriah dan berlangsung berhari-hari,serta di ikuti seluruh masyarakat penduduk kampung tersbut mulai dari yang tua maupun sampai yang muda semua ikut larut dalam suasana kemeriahan tsb.yang memang sudah sejak lama mereka tidak pernah menyelenggarakan serta merasakan keramaian dikampung mereka sendiri. Dan sejak saat itu tidak pernah ada lagi kabar atau pun orang dari penduduk kampung tsb.yang datang ke daerah disungai mahap. Sampai pada suatu ketika terdengar kabar atau berita bahwa seluruh isi kampung termasuk penduduk dan binatang ternak.lenyap atau hilang tanpa bekas dan jejak bahkan sampai sekarang tak ada yang tau penyebab pastinya.)(ada sumber yang mengatakan mereka terserang wabah penyakit atau terkena kutukan karna melanggar adat dan tradisi leluhur mereka sendiri. Namun ada juga yang menceritakan para penduduknya di bantai kelompok PENGAYAU dari suku lain yang jga merampas harta benda dan ternak serta membumi hanguskan perkampungan mereka,Namun beberapa tanaman dan sisa perabot dari tanah seperti tempayan beberapa rumpun pohon pinang, mengambarkan bahwa pernah ada sebuah perkampung msh bisa di lihat disana)
- pada suatu ketika di mana masyarakat dayak masih dalam jaman atau masa “PENGGAYAUAN” yaitu masa jaman dimana setiap kumunitas adat masyarakat dayak saling menyerang satu komunitas adat atau suku dengan yang lain dalam mempertahankan wilayah serta martabat adat mereka, hiduplah dua orang tokoh adat dari dua kampung atau wilayah yang berbeda atau yang sering disebut PANGLIMA adat yang juga di anggap pemimpin atau kepala puak atau kepala suku dalam komunitas adat suku dayak. Yang memiliki kesaktian terlibat dalam pertikaian atau pertarungan dalam menguji sekaligus menentukan siapa yang lebih kuat atau sakti dan layak atau patut menyandang gelar sebagai PANGLIMA sekaligus Pemimpin adat. pertarungan sengit pun terjadi bahkan berhari-hari, siang dan malam tanpa berhenti,segala kesaktian dan kemampuan pun di kerahkan serta berbagai macam senjata pusaka nan sakti mandraguna pun di pergunakan,untuk bisa saling menggalahkan dan saling menjatuhkan satu sama lain untuk menjadi pemenang dalam pertarungan tsb. setelah berhari hari bertarung belum juga ada yang menang dan kalah, bahkan konon ceritanya dalam pertarungan atau duel tsb tidak ada satu pun yang terluka bahkan cedera diantara keduanya. Dan pertarungan pun terus berlansung semakin sengit Hingga pada suatu hari keduanya pun sampai di muara atau Nanga sungai Ma,ap atau sungai Mahap mereka akhirnya memutuskan untuk menghentikan pertarungan. dan mereka pun menyadari bahwa mereka masih dalam satu wilayah yang sama dan juga memang masih dalam satu garis keturunan adat atau rumpun adat yang sama yaitu keturunan atau rumpun adat suku dayak sungai Mahap (nantinya anak cucu dari keTURUNan suku dayak sungai Mahap yang memeluk agama ISLAM bersama beberapa orang suku melayu dari dareah SEKADAU yang datang ke daerah NANGA MAHAP untuk berLADANG dan akhirnya menetap disana dan menjadi penduduk asli yang menempati daerah muara sungai Ma,ap atau sungai Mahap yang kini dikenal sebagai Desa NANGA MAHAP ). Dan pada akhirnya kedua PANGLIMA tsb pun saling minta ma,af satu sama lain dan mereka pun sepakat utk sama sama saling menjaga wilayah sungai Ma,ap atau sungai Mahap dari penyerangan dan penyerbuan kelompok PENGGAYAU-PENGGAYAU dari komunitas adat dan kelompok suku dari daerah lain, yang pada masa itu cukup sering melakukan PENGGAYAUAN / MENGGAYAU sampai ke daerah hulu sungai Ma,ap atau sungai Mahap bahkan sampai hulu sungai Sekadau.
(Demikianlah
beberapa cerita atau legenda yang menceritakan asal muasal kata sungai Mahap
dan asal nama Desa Nanga Mahap.)
Lopas dari bonar mada gesah gesah di atas,
jadilah urang pema,ap. (orang mahap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar