Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit diwilayah tersebut.Maka ia dipaksa ayahandanya (Prabu Menak Sembuyu) untuk membuang anak yang baru dilahirkannya itu.Lalu,Dewi Sekardadu dengan rela menghanyutkan anaknya itu ke laut/selat bali sekarang ini.
Versi lain menyatakan bahwa pernikahan Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu tidak mendapat respon baik dari dua patih yang sejatinya ingin menyunting dewi sekardadu (putri tunggal Menak sembuyu sehingga kalau jadi suaminya,merekalah pewaris tahta kerajaan.Ketika Sunan Giri lahir,untuk mewujudkan ambisinya,kedua patih membuang bayi sunan giri ke laut yang dimasukkan ke dalam peti.Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) dan dibawa ke Gresik.Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal,Nyai Gede Pinatih.Nyai Pinatih adalah janda kaya raya di Gresik,bersuami Koja Mahdum Syahbandar,seorang asing di Majapahit.Nama Pinatih sendiri sejatinya berkaitan dengan nama keluarga dari Ksatria Manggis di Bali (Eiseman, 1988),yang merupakan keturunan penguasa Lumajang,Menak Koncar,salah seorang keluarga Maharaja Majapahit yang awal sekali memeluk Islam.Karena ditemukan di laut,dia menamakan bayi tersebut Joko Samudro.Ketika sudah cukup dewasa, Joko Samudro dibawa ibu asuhnya ke Ampeldenta (kini di Surabaya) untuk belajar agama kepada Sunan Ampel.Tak berapa lama setelah mengajarnya,Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian,Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang),untuk mendalami ajaran Islam di Pasai.Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko Samudro.Di sinilah,Joko Samudro yang ternyata bernama Raden Paku mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang.Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya,Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Giri,Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji.Namun,keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak,ayah kandung Raden Paku.Keduanya diberi pelajaran tentang berbagai macam ilmu keislaman,termasuk ilmu tasawuf.
Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren giri disebuah perbukitan di desa Sidomukti,Kebomas.Dalam bahasa Jawa,giri berarti gunung.Sejak itulah,ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa,bahkan pengaruhnya sampai ke Madura,Lombok,Kalimantan,Sulawesi,dan Maluku.Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton,yang menguasai Gresik dan sekitarnya Sebagai pemimpin pemerintahan,Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.
Giri Kedaton kemudian tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa,waktu itu.Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit,Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak.Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak.Selanjutnya,Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri.Ia diakui juga sebagai mufti,pemimpin tertinggi keagamaan,se-Tanah Jawa.Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun.Salah seorang penerusnya,Pangeran Singosari,dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau,seperti Bawean, Kangean,Madura, Haruku,Ternate, hingga Nusa Tenggara.Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan,Datuk Ribandang dan dua sahabatnya,adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.
Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW,yaitu melalui jalur keturunan Husain bin Ali,Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad an-Naqib,Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir,Ubaidullah, Alwi Awwal,Muhammad Sahibus Saumiah,Alwi ats-Tsani,Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath,Alwi Ammi al-Faqih,Abdul Malik (Ahmad Khan),Abdullah (al-Azhamat) Khan,Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar),Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy (Ibrahim Asmoro), Maulana Ishaq,dan Ainul Yaqin (Sunan Giri).Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.
Kedua istri Sunan Giri tersebut, yaitu Dewi Murtasiah binti Sunan Ampel dan Dewi Wardah binti Ki Ageng Bungkul.Kisahnya dimulai saat Ki Ageng Supa Bungkul mempunyai sebuah pohon delima yang aneh di depan pekarangan rumahnya.Setiap kali ada orang hendak mengambil buah delima yang berbuah satu itu pasti mengalami nasib celaka, kalau tidak ditimpa penyakit berat tentulah orang tersebut meninggal dunia.Oleh karena itu, Sunan Bungkul bernazar, jika ada orang yang selamat tertimpa buah delima miliknya, akan menjodohkan dengan putri kesayangannya, Dewi Wardah.Kebetulan menjelang pernikahannya dengan Dewi Murtasiyah, Sunan Giri melintas di depan rumah Ki Ageng Bungkul.Tiba-tiba dia tertimpa buah delima milik Ki Ageng Bungkul, yang dikenal punya tuah namun tidak terjadi apa-apa. Lalu Sunan Bungkul menemui Sunan Giri dan mengatakan nazarnya tersebut.Mendengar nazar Ki Ageng Bungkul itu,Sunan Giri bingung bukan kepalang.Sebab dia akan melangsungkan akad nikah dengan putri Sunan Ampel gurunya pada hari ini sehingga tak mungkin dibatalkan.
Lalu Sunan Giri menyampaikan ke Sunan Bungkul bahwa dia tidak mungkin menikahi Dewi Wardah karena memang akan berangkat melangsungkan akad nikah dengan Dewi Murtasiah putri Sunan Ampel. Rencana pernikahan dengan Dewi Murtasiah memang telah dipersiapkan sebelumnya.
Namun Sunan Bungkul tetap bersikeras meminta Sunan Giri untuk tetap menikahi puterinya. Akhirnya keduanya pun menemui Sunan Ampel yang dikenal karena kesaktian dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah.
Tapi setelah mendengar cerita yang dikisahkan Sunan Bungkul,Sunan Ampel mengatakan apa yang dialami muridnya itu sudah menjadi takdir yang ditentukan oleh Allah SWT.
Sehingga kata Sunan Ampel,tidak apa-apa kalau Sunan Giri muridnya untuk dua kali menikah dalam satu hari. Karena yang dialaminya itu bukan kehendak sendiri melainkan sudah menjadi takdir Allah SWT.
Akhirnya, dalam sehari Sunan Giri menikah dengan dua gadis cantik sekaligus.Pagi hari menikah dengan Dewi Murtasiyah, setelah seusai Salat Azar dengan Dewi Wardah.
Dari pernikahannya dengan Dewi Murtasiyah dikarunai delapan putera maupun puteri yaitu
- Ratu Gede Kukusan
- Sunan Dalem.
- Sunan Tegalwangi.
- Nyai Ageng Seluluhur
- Sunan Kidul
- Ratu Gede Saworasa
- Sunan Kulon
- Sunan Waruju
Sementara dengan Dewi Wardah, Sunan Giri dikarunai seorang putra dan seorang putri yaitu:
- Pangeran Pasirbata
- Siti Rohbayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar