Dalam
catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong,Sunan Ampel dikenal sebagai
Bong Swi Hoo,cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama
Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Tionghoa di
Champa oleh Sam Po Bo.Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak
Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit,sedangkan
Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Tionghoa di Tuban.Haji Gan
En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Tionghoa di
Jiaotung (Bangil).Namun,catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong ini
diragukan kebenarannya karena merupakan propaganda Belanda untuk mengaburkan
sejarah Indonesia.
Dalam Serat Darmo Gandhul,Sunan Ampel atau RADEN RAHMAT bernama asli Sayyid Muhammad Rahmatullah merupakan keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah.Raden Rahmat,Raden Santri dan Raden Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pada tahun 1443 M.pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja Brawijaya.Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf.Raden Rahmat,Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.
Dalam perjalanan keluarganya,Sunan Ampel memiliki dua orang istri. Istri pertama melahirkan 5 orang anak dan istri kedua melahirkan 6 orang anak.Jika dijumlah,maka Raden Rahmat memiliki 11 anak selama perjalanan hidupnya.
Adapun istri pertama Raden Rahmat bernama Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al Abbasyi.Dari dirinya, lahir 5 orang anak,yang bernama:
- MaulanaMahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang
- Syarifuddin/Raden Qasim/Sunan Derajat
- Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
- Siti Muthmainnah
- Siti Hafsah.
Adapun
istri kedua Sunan Ampel bernama Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Dari
dirinya, beliau memiliki 6 orang anak yang bernama:
- Dewi Murtasiyah/Istri Sunan Giri
- Dewi Murtasimah/Asyiqah/Istri Raden Fattah
- Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
- Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
- Pangeran Tumapel
- Raden Faqih (Sunan Ampel 2).
Putra-putri
Raden Rahmat bisa dikatakan menjadi orang-orang yang berhasil. Mereka memiliki
peran yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya
di Jawa.
Sunan Ampel atau Raden Rahmat atau Sayyid Muhammad Rahmatullah adalah salah satu ulama besar yang pernah hidup di Nusantara dan menjadi salah satu juru dakwah paling masyhur di Jawa.Ia merupakan ulama besar yang memiliki jasa cukup penting sehingga Islam bisa dikenal dan menyebar secara luas di tanah jawa
Menurut
Hikayat Banjar dan Kotawaringin (= Hikayat Banjar resensi I), nama asli Sunan
Ampel adalah Raja Bungsu,anak Sultan Pasai.Dia datang ke Majapahit
menyusul/menengok kakaknya yang diambil istri oleh Raja Mapajahit. Raja
Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Patih Maudara
(kelak Brawijaya VII) .Dipati Hangrok (alias Girindrawardhana alias Brawijaya
VI) telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan
membawa sepuluh buah perahu ke Pasai.Sebagai kerajaan Islam,mulanya Sultan
Pasai keberatan jika Putrinya dijadikan istri Raja Majapahit,tetapi karena
takut binasa kerajaannya akhirnya Putri tersebut diberikan juga.Putri Pasai
dengan Raja Majapahit memperoleh anak laki-laki. Karena rasa sayangnya Putri
Pasai melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai.Sebagai ipar Raja Majapahit,Raja
Bungsu kemudian meminta tanah untuk menetap di wilayah pesisir yang dinamakan
Ampelgading.Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan raja Majapahit tersebut
kemudian dinikahkan dengan puteri raja Bali.Putra dari Putri Pasai tersebut
wafat ketika istrinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan.Karena
dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut,maka ketika lahir bayi ini
(cucu Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat
dipungut dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri.
Kelak ketika terjadi huru-hara di ibu kota Majapahit, Putri Pasai pergi ke
tempat adiknya Raja Bungsu di Ampelgading.Penduduk desa-desa sekitar memohon
untuk dapat masuk Islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa
perlu meminta izin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses
islamisasi tersebut.
Akhirnya
Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih kepada agama
Islam. Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit secara rutin
menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu.Petinggi Jipang dan keluarga masuk
Islam.Raja Bungsu beristrikan puteri dari petinggi daerah Jipang tersebut,kemudian
memperoleh dua orang anak, yang tertua seorang perempuan diambil sebagai istri
oleh Sunan Kudus (tepatnya Sunan Kudus senior/Undung/Ngudung), sedang yang
laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang. Raja Bungsu sendiri disebut sebagai
Pangeran Makhdum.
Sunan Ampel
menikah dengan Nyai Ageng Manila,putri seorang adipati di Tuban yang bernama
Arya Teja.Mereka dikaruniai 4 orang anak,yaitu:
1. Putri Nyai Ageng Maloka,
2. Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang),
4. Syarifah, yang merupakan istri dari Sunan Kudus.
Moh limo atau Molimo,Moh (tidak mau),limo (lima),adalah
falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak ditengah
masyarakat pada zaman itu yaitu:
1. Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras,khamr dan
sejenisnya.
2. Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan
sejenisnya.
3. Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian
dan sejenisnya.
4. Moh Madat: tidak mau memakai candu/zat narkotik dan
sejenisnya.
5. Moh Maling: tidak mau mencuri,korupsi,merampok dan
sejenisnya.
Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak.Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak,dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel,Surabaya.
catatan: Campa.Menurut
Encyclopedia Van Nederlandesh Indie diketahui bahwa Campa adalah satu negeri
kecil yang terletak di Vietnam,sementara Raffles menyatakan bahwa Champa
terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar