Sunan Kalijaga atau Raden Mas Syahid atau Pangeran Tuban atau Raden
Abdurrahman atau Ki Dalang Seda Brangti. lahir pada tahun 1450 Masehi Sunan
Kali Jaga merupakan anak dari seorang Adipati Tuban VIII.bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden
Sahur dan Dewi Nawangarum (putri Raden Kidang Telangkas / Abdurrahim
Al-Maghribi. Sunan
Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 orang
anak yaitu; R. Oemar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah. Dikisahkan
Pada Suatu harimSaat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua
yang bertongkat (Orang itu adalah Sunan Bonang). Karena tongkat itu dilihat
seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya hasil rampokan itu akan
ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi Sang Sunan Bonang tidak
membenarkan cara itu, Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan
menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan
mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah
buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.Karena itu, Raden Said ingin
menjadi murid Sunan Bonang. Raden
Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin
menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil
menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh
beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan
perintah tersebut, Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama karena
lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga
tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia
telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti
namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi
pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan
dakwahnya dan
dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Dalam
dakwah, Ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan
Bonang.Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" bukan
sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan
sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia
sangat toleran pada budaya lokal.Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh
jika diserang pendiriannya.Maka mereka harus didekati secara bertahap:mengikuti
sambil memengaruhi. Sunan
Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami,dengan sendirinya kebiasaan
lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam
mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara
suluk sebagai sarana dakwah. Metode
dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam
melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura,
Kebumen, Banyumas, serta Pajang. Beberapa
lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul
Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon
carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap
pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini
pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Masa
hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun.Ia mengalami
masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan
Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal
kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati.Ia ikut pula
merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang
"tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama
masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Sunan
kalijaga wafat pada tahun 1953 di kota demak. Ia kemudian dimakamkan di Desa
Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih dapat
ditemukan dan menjadi situs sejarah indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar