Dalam perjalanan hidupnya, Sunan Kudus banyak berguru
kepada Sunan Kalijaga.Cara berdakwahnya pun sejalan dengan pendekatan dakwah
Sunan Kalijaga yang menekankan kearifan lokal dengan mengapresiasi terhadap
budaya setempat. Beberapa nilai toleransi yang diperlihatkan oleh Sunan
Kudus terhadap pengikutnya yakni dengan melarang menyembelih sapi kepada para
pengikutnya.Bukan saja melarang untuk menyembelih, sapi yang notabene halal
bagi kaum muslim juga ditempatkan di halaman masjid kala itu. Langkah Sunan Kudus tersebut tentu mengundang rasa
simpatik masyarakat yang waktu itu menganggap sapi sebagai hewan suci.Mereka
kemudian berduyun-duyun mendatangi Sunan Kudus untuk bertanya banyak hal lain
dari ajaran yang dibawa oleh ia. Selain berdakwah lewat sapi,bentuk toleransi sekaligus
akulturasi Sunan Kudus juga bisa dilihat pada pancuran atau padasan yang
berjumlah delapan yang sekarang difungsikan sebagai tempat berwudlu. Tiap-tiap
pancurannya dihiasi dengan relief arca sebagai ornamen penambah estetika.Jumlah
delapan pada pancuran mengadopsi dari ajaran Budha yakni Asta Sanghika Marga
atau Delapan Jalan Utama yang menjadi pegangan masyarakat saat itu dalam
kehidupannya. Pola akulturasi budaya lokal Hindu-Budha dengan Islam juga bisa
dilihat dari peninggalan Sunan Kudus berupa menara. Menara Kudus bukanlah
menara yang berarsitektur bangunan Timur Tengah, melainkan lebih mirip dengan
bangunan Candi Jago atau serupa juga dengan bangunan Pura di Bali.
Jumat, 21 Agustus 2020
SUNAN KUDUS (SAYYID JA`FAR SHADIQ AZMATKHAN)
Sunan Kudus atau yang bernama lengkap Sayyid
Ja'far Shadiq Azmatkhan.
lahir sekitar 1500an Masehi. Nama Ja'far Shadiq diambil dari nama datuknya
yang bernama Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali
bin Abi Thalib yang beristerikan Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW.
Sunan Kudus sejatinya bukanlah asli penduduk
Kudus, ia berasal dan lahir di Al-Quds Palestina.
Kemudian bersama kakek,ayah
dan kerabatnya berhijrah ke Tanah Jawa. Ayah Sunan Kudus yaitu Sunan Ngudung adalah
putra Sultan di Palestina yang bernama Sayyid Fadhal Ali Murtazha (Raja
Pandita/Raden Santri) yang berhijrah fi sabilillah hingga ke Jawa yang kemudian
diangkat menjadi Panglima Perang di Kesultanan Islam Demak. Ibunya Bernama Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil
yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan
Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi MUHAMMAD SAW. dari Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar