Sunan Drajat mengenyam pendidikan pesantren Ampel Denta di Surabaya bersama-sama dengan kakaknya sunan Bonang, kerabatnya sunanGiri.Pesantren di Ampel Denta yang waktu itu berada di bawah pimpinan Sunan Ampel, ayahnya sendiri.Beliau mendapatkan perintah untuk menyebarkan agama Islam di wilayah barat Surabaya,terutama berada di pesisir GresikTetapi dalam perjalannya menyebrangi lautan,Sunan Drajat mengalami musibah yang tak terduga.Perahu yang ditumpanginya terhantam badai ombak raksasa yang menyebabkannya tenggelam dan akhirnya beliau terdampar di desa yang berada dipesisir Lamongan.di desa tersebut, Beliau mendapatkan sambutan hangat dari tokoh tetua kampung yang bernama Mbah Mayang Madu serta Mbah Banjar.
Mereka sebelumnya telah diyakini memeluk agama Islam.Akhirnya Sunan Drajat memutuskan untuk menetap di Desa Jelak dengan menikahi Nyai Kemuning,yakni putri dari Mbah Mayang Madu.Beliau mendirikan sebuah surau kecil yang kemudian berkembang menjadi pesantren sebagai tempat para penduduk mengaji.Desa Jelak yang semula terpencil mulai dikembangkan semakin maju dan juga ramai,nama desa pun akhirnya diubah menjadi Banjar anyar.Setelah merasa bahwa dakwahnya di Desa Jelak berhasil,sekitar tahun 1486 M.
Sunan Drajat memutuskan untuk berkelana mencari tujuan dakwah ditempat lain.Beliau melakukan perjalanan ke arah selatan.Di situ terdapat hutan belantara lalu beliau meminta izin kepada Sultan Demak 1 untuk menempati tanah tersebut.Sunan Drajat pun melakukan babad alas untk pertama kalinya,beserta para pengikutnya Sunan Drajat mulai membukan hutan tersebut dan membangun pemukiman dilahan yang baru tersebut.
Dan tempat/pemukiman baru tersebut diberi nama Ndalem Duwur yang kini berfungsi sebagai kompleks pemakaman beliau.
Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur dan memegang kendali keprajaan diwilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak,serta kegiatan dakwahnya kurang lebih selama 36 tahun antara abad XV sampai XVI Masehi.
Beliau juga
mendirikan sebuah masjid untuk dijadikan sebagai tempat dakwah sepanjang
hidupnya.Keberhasilan Raden Syarifuddin dalam
mengembangkan Islam menyebabkannya dijuluki sebagai Kadrajat yang berarti
seseorang yang diangkat drajatnya.Dari situlah muncul sebutan Sunan Drajat,sekaligus
bergelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Fatah(Sultan
Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.) karena
telah berhasil mensejahterakan rakyat.
Diantara ajaran dan keberhasilan yg telah dicapai oleh Sunan Drajat yg lain ada juga 7 (tujuh) filosofi Sunan Drajat dalam Mengamalkan ajaran Islam :yaitu:
- “Memangun resep tyasing Sasoma”. Arti ajaran tersebut yaitu kita harus membuat hati orang lain senang.
- “Jroning suka kudu éling lan waspada”. Arti ajaran tersebut yaitu ketika kita merasa bahagia, kita harus ingat pada sang Kuasa.
- “Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah”. Arti ajaran tersebut yaitu Untuk menggapai cita-cita, kita tidak boleh putus asa dengan banyaknya rintangan.
- “Mèpèr Hardaning Pancadriya” artinya menekan hawa nafsu yang bergelora.
- “Heneng – Hening – Henung” yang artinya dalam keadaan diam kita bisa mendapat keheningan dan kita bisa menggapai cita-cita saat hening.
- “Mulya guna Panca Waktu”. Arti ajaran tersebut yaitu suatu kebahagiaan bisa diperoleh dengan melaksanakan sholat lima waktu.
- Empat ajaran pokok bersosialisasi yang berbunyi “Kita harus memberikan ilmu kepada orang yang bodoh,mensejahterakan orang miskin, mengajari tentang kesusilaan dan melindungi orang yang sedang menderita”.
- Wenehono teken marang wong kan wuto
- Wenehono pangan marang wong kang keluwen
- Wenehono payung marang wong kang kaudanan
- Wenehono sandang marang wong kang kawudan
- Berilah tongkat kepada orang buta
- Berilah sedekah makanan bagi orang kelaparan
- Berilah payung atau tempat berteduh bagi orang kehujanan
- Berilah pakaian untuk orang yang tidak berpakaian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar