Namun tak lama berselang,jabatan Imam Masjid Agung Demak ditinggalkannya,dan kemudian menetap di daerah Lasem yang masuk wilayah Rembang. Beliau digantikan oleh seorang alim lain yang bernama Ibrahim dan kemudian digelari Pengeran Karang Kemuning.Pangeran Karang Kemuning ini diketahui bukanlah orang Jawa,melainkan seorang alim yang berasal dari Negeri Atas Angin atau wilayah Timur Tengah.
Tamba ati iku limo sakwarnane,
Kaping pisan Maca Qur’an angen-angen sak maknane,
Kaping pindho salat wengi lakonana,
Kaping telu wong kang sholeh kumpulana
Kaping papat kudhu wetheng ingkang luwe,
Kaping lima zikir wengi ingkang suwe,
Salah sawijine sapa bisa anglakoni
Mugi-mugi gusti Allah nyembadani
Dalam berdakwah Raden Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang memang menggunakan atau memakai pendekatan kesenian.Sunan Bonang memahami bahwa dakwah melalui kesenian adalah suatu cara yang tepat untuk mendapat perhatian dan simpati masyarakat jawa pada masa itu yang memang sudah memiliki peradaban kesenian,maka melalui pendekatan kesenian itu lah dakwah sunan Bonang tentang Islam begitu mudah diterima oleh masyarakat jawa kala itu.
Begitulah cara Raden Makhdum Ibrahim menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat Jawa pada masaitu.Karena beliau sering menggunakan alat kesenian bonang dalam berdakwah maka masyarakat memberinya gelar Sunan Bonang.Bahkan Banyak dikisahkan pula kalau Sunan Bonang Memiliki Kemampun Ilmu Kanuragan atau Kebathinan Ia mengembangkan ilmu (dzikir) yang kemudian dia kombinasi dengan kesimbangan pernapasan yang disebut dengan rahasia Alif Lam Mim ( ا ل م ) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu.Sunan Bonang juga menciptakan gerakan-gerakan fisik atau yang disebut jurus yang Dia ambil dari seni bentuk huruf Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri huruf Ya'.dengan tujuan mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi Al-Qur'an.Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi. Sunan Bonang meninggal di Desa Lasem Jawa Tengah. Jenazahnya diambil oleh santri-santri Sunan bonang yang berasal dari Madura dan akan dibawa kesana. Namun, ditengah perjalanan tepatnya di perairan Tuban perahu para santri kandas dan pada akhirnya Sunan Bonang dimakamkan di Tuban.Merasa tidak puas, karena didorong kecintaan mereka terhadap sang Guru,akhirnya para santri itu diizinkan membawa kain kafannya saja untuk dibawa pulang.Sehingga makam Sunan Bonang yang sering diziarahi masyarakat ialah makam yang berada di Tuban.
Ada tiga tempat yang menjadi lokasi makam Sunan Bonang.
Lokasi pertama yaitu makam di belakang Masjid Agung Tuban, Jawa Timur. Di tempat ini juga terdapat bangunan sederhana “Astana Masjid Sunan Bonang”. Di dekat Astana tersebut letak makam Sunan Bonang.
Lokasi kedua, yakni petilasan di sebuah bukit di pantai utara Jawa, antara Rembang dan Lasem. Di tempat ini hanya terdapat pasujudan saja, tempat ini dalam tutur lisan rakyat digunakan oleh Sunan Bonang untuk mengajarkan ilmu agama Islam kepada murid-muridnya, serta digunakan sebagai tempat khusus untuk bermunajat kepada Allah SWT.
Lokasi ketiga, makam Sunan Bonang di Tambak Kramat, Pulau Bawean. Di tempat ini diyakini bahwa hanya kain kafan Sunan Bonang yang di makamkan.
sumber;https://islamtoday.id/ https://id.wikipedia.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar