๐Ÿ’บ๐Ÿ›ธ๐Ÿšค๐Ÿ›ณ️๐Ÿ›Ÿ๐Ÿ›ž๐Ÿšฆ๐Ÿณ️‍๐ŸŒˆ๐Ÿด๐ŸŒŒ๐ŸŒŽ๐Ÿงญ๐ŸŒ‹๐Ÿ•️๐Ÿ–️๐ŸŸ️๐Ÿ˜️๐Ÿ—️๐Ÿ️๐Ÿ›ฃ️๐Ÿ›ค️⛰️๐Ÿ—บ️๐ŸŒ๐Ÿšฉ๐Ÿณ️๐Ÿ๐Ÿšฅ⛽⚓๐Ÿด‍☠️๐Ÿช๐ŸŒ๐Ÿ”️๐Ÿ—ป๐Ÿž️๐Ÿœ️๐Ÿ›️๐ŸŽˆ๐Ÿงจ๐ŸŽŠ๐ŸŽ‹๐ŸŽ๐Ÿงง๐ŸŽ—️๐ŸŽซ๐ŸŽก๐ŸŽญ๐Ÿงต๐Ÿชข๐Ÿ•ถ️๐Ÿ›’๐Ÿชก๐Ÿ–ผ️๐ŸŽข๐ŸŽ ๐ŸŽž️๐ŸŽ€๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽƒ✨๐ŸŽ†๐ŸŽ‡๐ŸŽ‰๐ŸŽ„๐ŸŽŽ๐ŸŽ‘๐ŸŽ๐ŸŽŸ️๐Ÿ›๐ŸŽช๐ŸŽจ๐Ÿงถ๐Ÿ‘“๐Ÿฅฝ⛸️๐ŸŽณ๐Ÿˆ๐ŸฅŽ๐Ÿ’Ž๐Ÿ’‹๐Ÿ‘’๐Ÿงข๐Ÿชฎ๐Ÿ‘ ๐Ÿ‘Ÿ๐ŸŽ’๐Ÿ‘œ๐Ÿฉฑ๐Ÿ‘š๐Ÿ‘—๐Ÿงฃ๐Ÿ•ถ️๐Ÿงค๐Ÿฅป๐Ÿชญ๐Ÿ‘™๐Ÿ‘๐Ÿฉด๐Ÿฅพ๐Ÿ‘ก๐Ÿฉฐ๐Ÿช–๐ŸŽฉ๐Ÿ’„⚽๐Ÿ€๐Ÿ‰๐ŸฅŒ๐ŸŽฃ๐Ÿคฟ⛳๐ŸŽฑ๐Ÿ⚾๐Ÿ’๐ŸŽ“⛑️๐Ÿ‘‘๐Ÿ‘ข๐Ÿฅฟ๐Ÿ‘ž๐Ÿ›️๐Ÿ‘›๐Ÿ‘˜๐Ÿš—๐ŸšŒ๐Ÿ›บ๐Ÿš‘๐Ÿš›๐Ÿš”๐Ÿฆฝ๐Ÿ›ผ๐Ÿ›ต๐Ÿš„๐Ÿš‹๐ŸšŠ๐Ÿ›ฉ️๐Ÿ›ซ๐Ÿš๐Ÿ›ฐ️๐Ÿ›ฅ️๐Ÿšข๐Ÿš๐Ÿšจ๐Ÿš“๐Ÿš™๐Ÿš๐Ÿš’๐Ÿšœ๐Ÿš–๐Ÿฆผ๐Ÿšฒ๐Ÿ️๐Ÿš•๐Ÿ›ป๐ŸšŽ๐Ÿšš๐Ÿš˜๐ŸŽ️

Cari Disini

Rabu, 19 Agustus 2020

RADEN MAULANA MAKDUM IBRAHIM (SUNAN BONANG)

Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama RadenMaulana Makdum Ibrahim. Dia adalah  cucu sunan Gersik serta putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila (Dewi Candrawati). Sunan Bonang Juga Merupakan Sepupu dari SUNAN KALIJAGA. Setelah Selesai belajar dan Menimba Ilmu agama dari ayahandanya sendiri,yaitu Sunan Ampel bersama santri-santri Sunan Ampel yang lain seperti Sunan Giri, Raden Patah dan Raden Kusen. Sunan Bonan selanjutnya disuruh Ayahnya yaitu  Sunan Ampel untuk berangkat ke  Pasai (Samudra Pasai) guna berguru atau belajar kepada Syekh Maulana Ishak,setelah itu Sunan Bonang juga berangkat Ketanah Suci Mekkah untuk Menunaikan Haji serta Belajar dan Memperdalam Ilmu Agamanya.
Setelah selesai belajar dan menuntut ilmu di Pasai dan Mekkah Sunan Bonang kemabli ke Tanah Jawa.
Dengan beberkal kamampuan dan pengetahuan keilmuan yg semakin bertambah serta menguasai berbagai tingkatan dan bidang ilmu seerti; Ilmu fikih,ushuluddin, tasawuf,seni,sastra,arsitektur, dll.
Tingkat pemahaman keIslaman dan kemampuan Kesenian yang tinggi serta berbagai disiplin ilmu yang dimiliknya yang dimilikinya,pada masa pemerintahan Sultan Abdul Fattah, Sunan Bonang pernah diangkat sebagai Imam Masjid agung Demak. Selain itu,beliau juga berperan penting dalam proses pendirian Masjid utama Kesultanan Islam pertama di Jawa tersebut, yaitu dengan menyumbangkan salah satu sakaguru sebagai penyokong utama bangunan. Namun tak lama berselang, jabatan Imam Masjid Agung Demak ditinggalkannya, dan kemudian menetap di daerah Lasem yang masuk wilayah Rembang. Beliau digantikan oleh seorang alim lain yang bernama Ibrahim dan kemudian digelari Pengeran Karang Kemuning. Pangeran Karang Kemuning ini diketahui bukanlah orang Jawa melainkan seorang alim yang berasal dari Negeri Atas Angin atau wilayah Timur Tengah. Dengan kemampuan ilmu keseniannya yang mengangagumkan Sunan Bonang banyak menyelaraskan sastra-sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil dan memasukan Unsur-unsur dan pengaruh Ke-Islaman didalamnya, antara lain;  Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr.  Ada pula sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan Belanda seperti Schrieke disebut Het Boek van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W.J. Drewes, seorang pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan sebagai karyanya. Dia juga menulis sebuah kitab yang berisikan tentang Ilmu Tasawwuf berjudul Tanbihul Ghofilin. Kitab setebal 234 halaman ini sudah sangat populer dikalangan para santri.
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.
Berikut lyrik lagu Tamba Ati atau Tombo Ati:

Tamba ati iku limo sakwarnane,

Kaping pisan Maca Qur’an angen-angen sak maknane,

Kaping pindho salat wengi lakonana,

Kaping telu wong kang sholeh kumpulana

Kaping papat kudhu wetheng ingkang luwe,

Kaping lima zikir wengi ingkang suwe,

Salah sawijine sapa bisa anglakoni

Mugi-mugi gusti Allah nyembadani

Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya,dengan menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam dalam kisah perseteruan Pandawa - Kurawa. Dalam berdakwah Raden Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang memang menggunakan atau memakai pendekatan kesenian. Sunan Bonang memahami bahwa dakwah melalui kesenian adalah suatu cara yang tepat untuk mendapat perhatian dan simpati  masyarakat jawa pada masa itu yang memang sudah memiliki peradaban kesenian,maka melalui pendekatan kesenian itu lah dakwah sunan Bonang tentang Islam begitu mudah diterima oleh masyarakat jawa kala itu. Begitulah cara Raden Makhdum Ibrahim menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat Jawa pada masaitu.Karena beliau sering menggunakan alat kesenian bonang dalam berdakwah maka masyarakat memberinya gelar Sunan Bonang. Bahkan Banyak dikisahkan pula kalau Sunan Bonang Memiliki Kemampun Ilmu Kanuragan atau Kebathinan Ia mengembangkan ilmu (dzikir) yang kemudian dia kombinasi dengan kesimbangan pernapasan yang disebut dengan rahasia Alif Lam Mim ( ุง ู„ ู… ) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu.Sunan Bonang juga menciptakan gerakan-gerakan fisik atau yang disebut jurus yang Dia ambil dari seni bentuk huruf Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri huruf Ya', dengan tujuan mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi Al-Qur'an.Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi. Sunan Bonang meninggal di Desa Lasem Jawa Tengah. Jenazahnya diambil oleh santri-santri Sunan bonang yang berasal dari Madura dan akan dibawa kesana. Namun, ditengah perjalanan tepatnya di perairan Tuban perahu para santri kandas dan pada akhirnya Sunan Bonang dimakamkan di Tuban.Merasa tidak puas, karena didorong kecintaan mereka terhadap sang Guru,akhirnya para santri itu diizinkan membawa kain kafannya saja untuk dibawa pulang.Sehingga makam Sunan Bonang yang sering diziarahi masyarakat ialah makam yang berada di Tuban.
Ada tiga tempat yang menjadi lokasi makam Sunan Bonang.

Lokasi pertama yaitu makam di belakang Masjid Agung Tuban, Jawa Timur. Di tempat ini juga terdapat bangunan sederhana “Astana Masjid Sunan Bonang”. Di dekat Astana tersebut letak makam Sunan Bonang. Lokasi kedua, yakni petilasan di sebuah bukit di pantai utara Jawa, antara Rembang dan Lasem. Di tempat ini hanya terdapat pasujudan saja, tempat ini dalam tutur lisan rakyat digunakan oleh Sunan Bonang untuk mengajarkan ilmu agama Islam kepada murid-muridnya, serta digunakan sebagai tempat khusus untuk bermunajat kepada Allah SWT. Lokasi ketiga, makam Sunan Bonang di Tambak Kramat, Pulau Bawean. Di tempat ini diyakini bahwa hanya kain kafan Sunan Bonang yang di makamkan.

sumber;https://islamtoday.id/ https://id.wikipedia.org/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar